Kutemui Yang Tersembunyi
Mereka bilang aku cantik
tapi kurang putih dan berisi
Mereka bilang aku pintar
tapi sayang tidak menguasai hitungan
Aku selalu dibanggakan
tapi akhirnya dijatuhkan
Bodohnya, aku selalu terjebak dalam ‘tapi’ yang membingungkan
Hidupku menjadi bagian dari social anxiety
Yang selalu waspada dengan standar yang tiada henti
Gembar-gembor untuk be your self
Tapi nyatanya I hate being my self
Menjadi palsu adalah prioritas
Untuk menyembunyikan diri yang tidak berkualitas
Aku berkaca dalam gelap untuk memastikan diriku tak sepenuhnya hilang
Setitik cahaya mengenai kelopak mataku
Cermin itu menjadi terang yang memperlihatkan diri yang kusembunyikan
Ia memeluk kepalsuan yang terlihat
Menahan tangis dengan tawa
Tapi gagal.
Bahkan daun yang gugur tak pernah menyalahkan angin
Pasir yang terombang-ambing di laut tak pernah menyalahkan ombak
Mereka hanya mengikuti alur semesta
Lalu, mengapa aku tak bisa?
Aku adalah ciptaan sempurna Sang Pencipta
Dibentuk segambar dan serupa dengan-Nya
Mungkin memang tak semenarik gadis lain
Tidak sepintar orang-orang berprestasi yang bolak-balik ikut kompetisi
Namun aku bisa jatuh dan bangkit berulang kali
Terus menggali kemampuan diri yang harus dieksplorasi
Untuk apa merasa rendah diri?
Kini, duniaku kembali. Diriku tak lagi bersembunyi
Menutup mata untuk standar kesempurnaan
Menutup telinga untuk komentar meremehkan
Karena semua manusia berharga di mata Pemiliknya